Wednesday, April 14, 2010

Mencari Apa ke Sekolah

Pertanyaan model begini kayaknya perlu juga dilontarkan. Baik kepada diri kita sendiri juga kepada teman-teman yang lain. Bukan apa-apa, kita nggak habis pikir dengan berbagai kejadian yang melibatkan anak sekolah. Mulai perkara tawuran, narkoba, seks bebas, sampai tindakan kriminal yang nggak layak dilakukan seorang pelajar; menodong, merampok, dan bahkan membajak bus kota. Wah, ngeri sekaligus prihatin. Jadi buat apa balajar kalo hasilnya nol besar? Nah, wajar kan kalo kita bertanya begitu? Soalnya, sekolah udah nggak bisa menciptakan murid berprestasi dan bereputasi baik. Kusut banget kan dunia pendidikan kita?

Kalo kita mau jujur emang fakta ini sangat menyedihkan. Kita jadi bingung sendiri kenapa dunia pendidikan seperti kehilangan semangat untuk mewujudkan pencerahan berpikir. Suer, kita juga kecewa kok. Mulanya kita sangat berharap dunia pendidikan mampu mencetak kader-kader berkualitas untuk memajukan bangsa dan negeri ini. Namun apa daya, kenyataan jauh banget dari harapan. Malah program belajar 9 tahun dengan proyek beasiswanya yang dulu begitu menggema gaungnya, kini nyaris tak terdengar. Dan, ssstt.. Si Doel aja sekarang malah jadi anak bimbingan belajar. Eh, ini bukan judul sinetron sekuelnya Si Doel, lho. Ini sekadar plesetan aja untuk ngebahas dunia pendidikan saat ini. Kayaknya kamu pasti masih pada inget saat Rano “Doel” Karno jadi bintang iklan layanan masyarakat tentang program pendidikan nasional. Yes, hampir tiap hari mantan idola remaja tahun 70-an ini nongol di layar televisi sambil memotivasi anak-anak supaya mau sekolah, terutama pas negeri ini sedang parah-parahnya dilanda krisis moneter. Masih ingat kan kata-katanya? “Walau bagaimana pun juga, anak-anak tetap harus sekolah,” begitu katanya menyemangati. Malah iklan layanan ini menjanjikan program beasiswa segala untuk yang nggak mampu.

Tapi, nah ini dia, belakangan kakaknya si Atun ini muncul dengan wajah baru, yakni jadi bintang iklan salah satu lembaga bimbingan belajar terkemuka di negeri ini. Iklannya pun dibuat heboh. Entah Bang Doel ini mulai mata duitan atau itu sebagai protes dan merupakan bagian dari keputus-asaannya karena melihat program pendidikan nasional yang tak bisa bangkit. Kita nggak tahu, yang pasti, kalo kita mau jujur melihat, memang dunia pendidikan di negeri ini lagi gonjang-ganjing nggak karuan. Banyak catatan miring yang berhasil dikoleksi “negerinya” Pak Dur ini. Ambil contoh, banyak oknum anak sekolah yang jadi bajingan kelas teri. Anak-anak SMP dan SMU saja sudah berani membajak bus kota dan hobi tawuran dengan anak sekolah lain. Hih, gimana nggak ancur-ancuran kan? Di sekolah ngapain aja tuh anak-anak?
Itu cuma satu kasus Brur, kasus lain jelas masih banyak, kalo ditulis secara lengkap kayaknya bakal ngabisin jatah halaman buletin ini deh. Suer, kita udah ngerasain sendiri gimana hasil yang kita dapatkan dari sekolah selama ini. Nggak banyak kan?

Ya, kita jujur aja, nggak usah takut untuk menganggukkan kepala, karena emang banyak amburadulnya. Hasilnya udah terbukti, sekolah ternyata nggak berfungsi sebagai “kawah candradimuka” dalam membina anak didiknya. Selain persoalan itu, sekarang untuk bisa duduk di bangku sekolah aja kudu punya uang banyak. Karena sekolah udah berubah menjadi lembaga bisnis. Akhirnya, nggak semua anak-anak bisa mengenyam pendidikan dengan mudah, khususnya bagi teman-teman yang emang berasal dari keluarga nggak mampu. Kasihan kan? Wajar kalo kemudian muncul tudingan miring kepada dunia pendidikan.

Huh, jelas ini masalah besar kawan. Makanya wajar, di saat negara udah nggak bisa menyediakan pendidikan yang layak dan hasilnya kurang bagus, banyak orang berpaling ke lembaga pendidikan alternatif. Buktinya, bagi kalangan yang mampu dan ingin mendapatkan hasil yang baik, maka pilihannya jatuh kepada lembaga pendidikan di luar sekolah. Walhasil, menjamurlah lembaga pendidikan yang salah satunya menggaet Si Doel untuk jadi bintang iklannya. Beres? Nggak juga, karena yang namanya pendidikan bukan cuma untuk menghasilkan murid yang hebat dan oke banget dalam urusan akademis, tapi juga kudu mantap dalam pola pikir dan pola sikapnya dalam kehidupan. Dengan kata lain, ilmu harus dilapis dengan keimanan dan ketakwaan. Nah, ini baru hebat, Brur. Kalo sekarang? Kamu udah tahu sendiri hasilnya. Banyak yang otaknya encer dalam masalah ilmu dan teknologi, tapi nggak sedikit yang akhlaknya bejat bin amburadul. Aduh, bahaya kan? Jelas!

Membentuk kepribadian Islam

Tanggal 21 April 2001, catatan buruk tentang anak sekolah ditulis lagi. Kali ini dilakukan oleh sekelompok anak SMU swasta di Jakarta yang membajak bus kota PPD trayek Blok M - Ciputat untuk ngluruk anak sekolah lain. Untungnya aksi pembajakan yang mirip di film-film action buatan Holywood itu digagalkan polisi. Hasilnya, 20 orang pelajar ditangkap beserta barang bukti berupa celurit dan senjata tajam lainnya. Sehari sebelumnya, tanggal 20 April, 29 pelajar juga diringkus polisi saat mencoba membajak bus Mayasari Bhakti. Jelas ini makin melengkapi daftar hitam dunia pendidikan. Wah, emang ini masalah berat, dan jelas parah banget. Gimana pun juga, berarti dunia pendidikan sekarang udah nggak bisa memberikan bekal yang cukup kepada anak didiknya.

Emang sih, anak-anak yang doyan tawuran biasanya berasal dari kelompok anak yang bandel dan cekak dalam urusan akademis. Tapi bukan berarti kita bisa bilang kalo kejadian itu murni kesalahan anaknya. Nggak bisa. Sebab, masalah ini merata alias mengglobal. Dengan demikian, berarti yang eror adalah sistem pendidikannya. Bener nggak? Inilah salah satu produk amburadul dari sistem kapitalisme yang selama ini mengatur kehidupan kita.

Fakta lain, kita udah sering dibikin pusing tujuh keliling dengan kelakuan sebagian besar teman-teman kita yang aktif dalam pergaulan bebas—tepatnya seks bebas. Dan, ibarat menggelindingkan bola salju, kian lama kian membesar karena menyeret masalah baru. Survei membuktikan bahwa angka perzinahan semakin meningkat, dan angka aborsi kian membengkak sebagai akibat dari longgarnya aturan dalam masalah pergaulan antar lawan jenis ini. Lengkap sudah bukti yang bisa kita liat dari hasil pendidikan selama ini. Jelas ini adalah kerugian besar bagi kita. Puwarah sekali kan?

Oke deh, kita kudu sepakat, bahwa tujuan pendidikan itu bukan cuma menciptakan murid-murid yang canggih dalam urusan ilmu pengetahuan dan teknologi semata, sementara nilai ketakwaannya kepada Allah Swt. nol besar. Tapi harus diraih dua-duanya. Itu sebabnya, Islam sebagai sebuah ideologi mampu memberikan jawaban yang tepat dalam mengurusi dunia pendidikan. Dalam Islam, tujuan pendidikan itu adalah untuk membentuk kepribadian Islam yang tangguh. Artinya, Islam melalui program pendidikannya berupaya untuk menghasilkan pelajar yang berprestasi dalam ilmu dan ketakwaannya.

Bicara soal peningkatan ilmu dan ketakwaan, maka kita bisa melihat bahwa selama ini, tujuan itu nggak berhasil dalam sistem pendidikan sekarang. Terus terang kita kecewa banget, soalnya dunia pendidikan sekarang cuma sebatas transfer ilmu aja. Bisa kamu liat sendiri betapa kita nggak merasakan nuansa peningkatan ilmu dan ketakwaan kita. Kita seperti berjalan di tempat. Parahnya lagi, pelajaran agama di sekolah umum cuma diberikan jatah 2 jam pelajaran (sekitar satu setengah jam) dalam satu minggu. Itu pun kita cuma dicekoki dengan seabrek pelajaran agama yang membosankan. Kenapa? Sebab cuma berputar-putar dalam urusan yang sifatnya normatif belaka alias nggak dituntut untuk melaksanakan aspek amaliahnya. Kamu pasti merasakan juga bahwa peran ilmu agama di sekolah umum kayaknya cuma jadi pelengkap aja daripada nggak ada sama sekali. Buktinya, hal itu nggak berpengaruh banyak dalam kehidupan sebagian besar teman kita. Ambil contoh, urusan sholat aja kayaknya masih banyak yang bolong-bolong tuh, padahal kewajiban itu sudah sering dibahas di sekolah. Iya nggak?

Baik, kita prihatin banget dengan kenyataan ini. Kita nggak mau hal ini terus berlangsung dan terulang kepada generasi mendatang. Islam, sebagai sebuah pandangan hidup, tentu aja memiliki seperangkat aturan dalam masalah ini. Dalam pandangan Islam, mencari ilmu itu adalah kewajiban bagi seluruh individu muslim, baik yang laki maupun yang perempuan, dan dari kalangan miskin ataupun yang udah tajir. Semuanya tanpa kecuali. Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut Islam memiliki aturan yang unik dalam masalah ini. Seperti apa? Kamu wajib gaul juga dong.

Inilah okenya Islam, sebagai sebuah sistem kehidupan, agama ini mampu berperan banyak untuk kemaslahatan (kebaikan) ummat. Terutama kamu bisa liat faktanya di masa lalu. Yakni di masa kejayaan Khilafah Islamiyah. Gambaran sistem pendidikan Islam dalam memenuhi kebutuhan masyarakat itu bisa kita liat sebagai berikut:

Pertama, kurikulum pendidikan Islam didasarkan kepada akidah Islam yang benar dan baik. Ini wajib lho. Itu sebabnya, seluruh bahan pelajaran dan metodenya wajib ditetapkan mengikuti asas akidah Islam. Nggak boleh ada penyimpangan sedikit pun. Misalnya, dalam kurikulum pendidikan Islam nggak bakalan dimasukkan pelajaran ilmu santet atau ilmu sihir. Atau ilmu-ilmu yang bakal merusak keimanan dan meracuni akidah kita.

Kedua, materi pelajaran sains dan teknologi terapan dibedakan dengan materi tsaqafah Islam (ilmu yang lahir dari akidah Islam). Materi tsaqafah Islam kudu dipelajari sejak tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Ketiga, untuk menunjang pemantapan pendidikannya, negara menyediakan sarana perpus yang oke punya. Sekadar contoh, di masa kejayaan Islam, perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam--yang dibakar oleh pasukan Salib Eropa--memiliki kurang lebih tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Wah, hebat banget kan? Itulah salah satu wujud perhatian Daulah Islam terhadap pendidikan warganya. Jadi nggak perlu ada pertanyaan, “Mencari apa ke sekolah?” seperti di jaman ini.

Ya, ini sekadar renungan buat kita semua. Betapa dunia pendidikan yang tidak dibangun berlandaskan akidah Islam hanya akan menuai kegagalan terus dan terus.

So, negara seharusnya punya peran besar dalam menjamin kebutuhan rakyat dalam hal mendapatkan pendidikan yang layak. Di masa kejayaan Islam, Daulah Islam mampu memberikan pendidikan yang bagus tanpa memungut sepeser pun dari rakyat alias gratis. Malah bagi yang berhasil membuat karya ilmiah, negara menghargainya dengan sangat tinggi. Enak banget, ya? Nah, itulah okenya Islam.

TANGGAPAN

Banyak orang yang bilang, "cari apa ke sekolah?", kata-kata itu terucap karena banyaknya Anak-anak sekolahan yang mengacau, seperti, tawuran, berantem, dan yang lainnya.
Sekarang banyak orang yang mengirim anaknya ke pendidikan non-formal, seperti bim-bel dan lain-lain. karena sekolah tidak menjamin.
Harusnya pemerintah lebih menanggapi tentang sekolah-sekolah. sekolah bukan lagi tempat pendidikan saja, bahkan sekarang sekolah dianggap sebagai lahan bisnis.
Orang-orang miskin yang harusnya bisa menyekolahkan anak-anaknya, tapi tidak bisa, karena sekolah-sekolah tidak mengadakan program gratis lagi.
Hanya orang-orang yang berada yang bisa menyanggupi uang sekolah sekarang.

Di zaman seperti sekarang, selain harus memenuhi kebutuhan akademis, kita juga harus membentengi diri kita dengan iman islam.
Banyak sekolah yang hanya memberi sedikit pelajaran agama, dan itupun membosankan. itu kurang baik, karena murid-murid harus belajar agama, agar mereka tidak berbuat onar lagi karena, mereka belajar apa saja yang dianjurkan dan dilarang oleh agama Islam.
Itulah bagusnya islam,
sebagai sebuah sistem kehidupan, agama ini mampu berperan banyak untuk kebaikan ummat muslim.
Islam dapat membantu seseorang dalam hidupnya, terutama bagi pelajar di zaman sekarang.

Tuesday, April 13, 2010

PERINGATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA DAN BULAN MENANAM POHON NASIONAL





Terjadinya degradasi hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama dibagian hulu telah menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti terjadinya banjir, kekeringan, tanah longsor, dsb. Untuk menanggulangi hal tersebut, perlu dilakukan upaya pemulihan dan peningkatan fungsi hutan, baik di hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi, maupun kontribusi yang nyata terhadap pemanasan global.

Upaya memulihkan kerusakan hutan dan lahan dilaksanakan melalui Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dengan melibatkan masyarakat secara terpadu  antara lain melalui gerakan menanam secara massal oleh masyarakat luas sebagai bentuk kesadaran dan kepedulian terhadap upaya pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan.

Dalam rangka Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Pohon Nasional, telah dilakukan penanaman pohon oleh Bapak Presiden RI dan Ibu Ani Bambang Yudhoyono di dukuh Pasir Malang, Desa Cimerang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat yang berada di DAS Citarum pada tanggal 8 Desember 2009. Acara tersebut dilanjutkan dengan peninjauan pameran.

Pada kesempatan itu Presiden memberikan mandat kepada kita semua yang isinya antara lain agar setiap penduduk minimal menanam satu pohon pada tahun 2009 yang selanjutnya dikenal dengan One Man One Tree (OMOT).

Berdasarkan hasil/prestasi yang telah dicapai oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia dalam tanam menanam pohon melalui Aksi Penanaman Serentak dan Gerakan Perempuan Tanam Pohon sejak tahun 2007, maka terbitlah Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2008 telah ditetapkan bahwa tanggal 28 Nopember sebagi Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan bulan Desember sebagai bulan Menanam Nasional.

Prestasi yang dicapai dalam Aksi Penanaman Serentak dan Gerakan Perempuan Tanam Pohon sejak tahun 2007, yaitu:

a.  Aksi Penanaman Serentak:

  • ·       Tahun 2007 : Terealisasi penanaman sejumlah 86.989.425 batang dari rencanan 79.000.000 batang.
  • ·       Tahun 2008 : Terealisasi penanaman sejumlah 108.947.048 batang dari rencana 100.000.000 batang.

 b. Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon:

  • ·       Tahun 2007 : Terealisasi penanaman sejumlah 14.142.505 batang dari rencana 10.000.000 batang.
  • ·       Tahun 2008 : Terealisasi penanaman sejumlah 5.157.538 batang dari rencana 5.000.000 batang.

Memperhatikan amanat Presiden RI dimaksud, maka sesuai dengan jumlah penduduk yang ada, diharapkan pada tahun 2009 dapat tertanam 230 juta batang pohon yang dimulai 1 Februari 2009 sampai dengan akhir Desember 2009.


Sumber: Ditjen RLPS, 2009

Referensi: www.dephut.go.id (website Departemen Kehutanan)

UPAYA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN PEMANASAN GLOBAL DENGAN ONE MAN ONE TREE

Departemen Kehutanan melakukan berbagai upaya untuk ikut serta mengendalikan perubahan iklim dan pemanasan global. Upaya yang melibatkan seluruh komponen bangsa ini pada prinsipnya adalah dengan memperbanyak pohon dan tanam-tanaman sehingga memperbanyak penyerapan unsur-unsur gas-gas berbahaya, serta melestarikan hutan yang ada. Upaya keras Departemen Kehutanan melakukan penanaman pohon secara besar-besaran dan mempertahankan keutuhan ekosistem hutan antara lain dengan :

  • ·       Program HTI, sampai tahun 2009 telah tertanam pohon pada kawasan seluas 4,2 juta ha dari target 5 juta ha.
  • ·       Program Gerhan sampai tahun 2009 telah tertanam pohon pada kawasan seluas 3,7 juta ha dari target 5 juta ha.
  • ·       Program Perluasan dan Intensifikasi Hutan Rakyat sampai tahun 2009 telah tertanam 1,7 juta ha dari target 2 juta ha.
  • ·       Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat sampai tahun 2015 dengan target 5,4 juta ha.
  • ·       Hutan Desa sampai dengan tahun 2015 dengan target 2,1 juta ha,
  • ·       Hutan Kemasyarakatan sampai dengan tahun 2015 dengan target 2,1 juta ha.

Selain program tersebut, Departemen Kehutanan juga telah berupaya menurunkan laju deforestasi dan degradasi hutan dan lahan dari 2,83 juta ha/tahun pada tahun 1999-2000 menjadi 1,08 juta ha/tahun pada tahun 2000-2006, menurunkan lahan yang terdegradasi atau kritis dari 59,3 juta ha sebelum tahun 2005 menjadi 30 juta ha setelah tahun 2005. Menurunkan tingkat pencurian kayu dan perdagangan kayu illegal dari 9600 kasus pada akhir tahun 2004 menjadi 300 kasus pada akhir tahun 2008, serta mengendalikan tingkat kebakaran lahan dan hutan dengan menurunkan jumlah hotspot dari 121.622 titik pada tahun 2006, 27.247 titik tahun 2007 dan hingga 11 Nopember 2008 terpantau 17.020 titik. Dibandingan tahun 2006 di propinsi rawan kebakaran, pada tahun 2007 terjadi penurunan hotspot sebesar 78% dan pada tahun 2008 terjadi penurunan hotspot sebesar 86%.

Langkah selanjutnya, Departemen Kehutanan mengajak seluruh komponen bangsa melakukan kegiatan penanaman serentak secara nasional yang telah dimulai sejak tahun 2007 dengan target sebanyak 79 juta pohon, dan tahun 2008 dengan target sebanyak 100 juta pohon. Realisasinya, target-target tersebut ternyata terlampaui. Pohon yang berhasil ditanam melebihi target yang dicanangkan. Penanaman serentak secara nasional tahun 2007 terealisasi 86,9 juta pohon. Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon tahun 2007 sebanyak 10 juta batang, terealisasi 14,1 juta batang. Gerakan Penanaman Serentak 100 juta pohon tahun 2008 telah terealisasi sebanyak 109 juta batang (lebih dari 100%). Gerakan Perempuan Tanam dan Program Ketahanan Pangan (GPT-PKP) juga terealisasi lebih dari 100% yaitu sebesar 5.083.467 batang dari rencana 5.010.000 batang.

Demikian juga kerjasama kemitraan dengan berbagai ormas keagamaan dalam penanaman pohon, telah menanam 700 juta batang pohon.

Ancaman dan permasalahan lingkungan yang dihadapi manusia saat ini adalah pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia memiliki peran yang penting dalam isu perubahan iklim global dengan menyediakan jasa lingkungan berupa penyerapan emisi karbon dari hutan yang ada.

Hutan Indonesia yang luasnya 120,3 juta ha diyakini mampu menyerap emisi secara signifikan. Namun demikian terjadinya deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia juga dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas CO2 ke atmosfer. Pada kondisi hutan yang baik, keberadaan hutan bermanfaat sebagai penyimpan dan penyerap emisi karbon atau Gas Rumah Kaca (GRK). Namun, pada kondisi hutan yang kurang baik, dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas CO2 ke atmosfer. Menurut Stern Report, deforestasi menyumbang 18% dari emisi GRK total dunia, dan 75%-nya berasal dari negara berkembang.

Pemerintah menargetkan, pada tahun 2009 ini bangsa Indonesia mampu menanam sebanyak 230 juta batang pohon. Untuk dapat memenuhi target satu orang menanam satu pohon, bangsa Indonesia harus bekerja dan berusaha keras membangkitkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Dengan perhitungan orang per orang, maka secara individu, secara keluarga, kelompok, RT, RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Wilayah, hingga Pemerintah Daerah harus diupayakan berpartisipasi melakukan penanaman pohon. Kita harus mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang, ONE MAN ONE TREE!

Gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon harus terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu pada setiap tahun masa tanam. Dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia hijau berseri.